As-Saffaat 35-36
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka:
(Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah)
mereka menyombongkan diri,dan mereka berkata:
"Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?"
09/01/2012
Pemikir Tasawwuf
Al-Ghazali di kenal sebagai orang yang haus akan segala ilmu pengetahuan. Ia
berusaha sekeras mungkin agar dapat mencapai suatu keyakinan dan mengetahui
hakikat segala sesuatu. Sehingga senantiasa ia bersikap kritis dan kadang ia tidak
percaya terhadap adanya kebenaran semua macam pengetahuan, kecuali yang bersifat
inderawi dan pengetahuan hakikat (oxioma atau sangat mendasar). Namun pada
kedua pengetahuan inipun ia akhirnya tidak percaya (skeptis). Hal ini ia ungkapan
pada kitab Al Mungidz yaitu: Sikap skeptis yang menimpa diriku dan yang
berlangsung lama telah berakhir dengan suatu keadaan, dimana diriku tidak
mempercayai kepada pengetahuan inderawi, bahkan keraguan-keraguan ini semakin
mendalam dengan perkataanya: “Bagaimana pengetahuan inderawi itu bisa diterima.
Seperti misalnya penglihatan sebagai inderawi.
Corak Pemikiran Tasawuf Imam al-Ghozali
Di dalam tasawufnya, Imam al-Ghozali memilih tasawuf sunni yang
berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Nabi, ditambah dengan doktrin Ahlussunnah Wal
Jamaah yang kebangkitannya kembali dipelopori oleh al-Imam Abu al-Hasan Ali bin
Ismail al-Asy’ari. Dari paham tasawufnya itu, beliau menjauhkan semua
kecenderungan genotis yang mempengaruhi para filosuf Islam, sekte Isma'iliyah,
aliran Syi’ah, Ikhwan al-Shofa, dan lain-lain. Beliau menjauhkan tasawufnya dari
paham ketuhanan Aristoteles, seperti emanasi dan penyatuan. Itulah sebabnya dapat
dikatakan bahwa tasawuf al-Ghozali benar-benar bercorak Islam.
Corak tasawufnya lebih ditekankan pada adab dan tatakrama. Beliau berkata:
Adab adalah pendidikan dhohir dan bathin, oleh karenanya apabila seorang hamba
telah berbuat baik secara dhohir dan bathin maka ia telah menjadi sufi yang beradab.
Barang siapa selalu berperilaku sesuai dengan Sunah maka Allah SWT akan
menerangi hatinya dengan cahaya kemarifatan karena tidak ada kedudukan yang
lebih mulia dari mengikuti Nabi Muhammad yang dicintai Allah dalam perintah,
perbuatan, dan ahlaknya, baik dalam niat, ucapan maupun perbuatan.
Tasawuf Al - Ghazali menghimpun akidah, syariat dan akhlak dalam suatu
sistematika yang kuat dan amat berbobot, karena teori - teori tasawufnya lahir dari
kajian dan pengalaman pribadi setelah melaksanakan suluk dalam riyadhah dan
mujahadah yang intensif dan berkesinambungan, sehingga dapat dikatakan bahwa
seumur hidupnya ia bertasawuf.
Dalam pandangannya, Ilmu Tasawuf mengandung 2 bagian penting, pertama
menyangkut ilmu mu'amalah dan bagian kedua menyangkut ilmu mukasyafah, hal ini
diuraikan dalam karyanya Ihya 'Ulumiddin, Al -Ghazali menyusun menjadi 4 bab
utama dan masing-masing dibagi lagi kedalam 10 pasal yaitu :
· Bab pertama : tentang ibadah (rubu' al - ibadah)
· Bab kedua : tentang adat istiadat (rubu' al - adat)
· Bab ketiga : tentang hal -hal yang mencelakakan (rubu' al - muhlikat)
· Bab keempat : tentang maqamat dan ahwal (rubu' al - munjiyat)
Menurutnya, perjalanan tasawuf itu pada hakekatnya adalah pembersihan diri
dan pembeningan hati terus menerus sehingga mampu mencapai musyahadah. Oleh
karena itu ia menekankan pentingnya pelatihan jiwa, penempatan moral atau akhlak
yang terpuji baik disisi manusia maupun Tuhan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar